CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Kamis, 28 Februari 2008

hujan

Ini puisi yang kubikin waktu masih duduk di kelas 2 MTs. Meski cuma sederhana saja, dengan pilihan diksi dan makna yang masih amburadul, tapi waktu itu aku cukup bangga, soalnya dimuat di mading asrama dan dibaca seluruh santri:

gerimismu datang lebih dulu
derasmu mengeluncak di malamku
menyapa anginmu dalam diri
kau di sini sesaat saja memberi

dan dalam dadaku tergnang olehmu
aku dingin membeku
tunggu mungkin waktu 'kan berubah
tlah terjaga darimu dalam rumah

....................(lupa barisnya)................
....................(lupa barisnya)................
pandangi kau di luar sana
menunggu reda yang mesti tiba

kang santri bicara jihad

Wah, Kang Santri tak pernah merasa sekalut dan sebimbang sekarang ini. Beberapa minggu terakhir ini kelas American Government belajar tentang teroris. Yah, tentunya dengan prespektif Amerika sendiri. Diskusi-diskusi yang Kang Santri dan teman-temannya lakukan berdasar pada artikel-artikel koran lokal pasca kejadian 9/11. Kebetulan kelompok Kang Santri dapat bagian "Apa yang mengubah beberapa pemeluk agama Islam menjadi teroris?".

Sedikit banyak, memang, Kang Santri mampu mengikuti diskusi itu dengan baik. Terlebih lagi dengan prespektifnya sebagai seorang muslim, tentu ia bisa memberi pengertian bagi mereka lewat sudut pandang Islam sendiri. Kang Santri beranggapan bahwa terjadi kesalahpahaman bagi sebagian orang dalam memaknai "jihad" yang terkandung dalam Al-Qur’an.

Tapi, dasar sok kritis, atau Kang Santri ini memang ingin tahu lebih banyak tentang masalah ini (tentu lewat sudut pandang Amerika), ia mendatangi Mrs. Balle, sang Guru, dan mengajaknya "janjian" sepulang sekolah untuk ngobrol ringan saja. Jadilah mereka bertemu di ruang kelas. Pertama-tama, Kang Santri tanya kenapa Amerika ga’ mau ada negara lain yang lagi yang punya nuklir? Mrs. Balle menjawab, karena semakin banyak negara yang punya nuklir, mereka makin susah terkontrol. Kang Santri berpikir, berarti kalau negara-negara lain ga’ punya nuklir, suatu saat pasti negara-negara yang punya nuklir bakal "mengontrol" negara-negara tanpa nuklir. Tapi, Kang Santri tak mengucapkan kata-kata itu, sebab sadar memang itu cara yang paling baik untuk menjaga perdamaian saat ini.

Kemudian Kang Santri menjelaskan kenapa kok ada saja orang-orang yang disebut teroris itu. "Bu, andaikata Qur’an itu semangkuk sup," kata Kang Santri, "orang-orang yang melakukan aksi terorisme itu hanya makan cabenya saja. Lagipula, tak selamanya teroris adalah "teroris". Contohnya, orang-orang yang melakukan aksi kekerasan di Palestina sana sebenarnya tak layak disebut teroris. Mereka berperang demi lahan mereka, sebuah sikap defensif, di mana sesuatu yang disebut jihad berlangsung."

"Tapi justru itulah masalahnya, Kang," Mrs. Balle memberi komentar. "Jaringan terorisme di Afghanistan yang menyaksikan itu semua menyerang WTC, dengan maksud menghentikan support Amerika atas Israel."

"Kenapa Amerika menyuport Israel?" tanya Kang Santri.

"Karena Israel ingin mendirikan demokrasi di sana," jawab Mrs. Bale.

"Demokrasi? Demokrasi macam apa yang mengizinkan tentara membunuh anak kecil?" sahut Kang Santri. Ia mengucapkan kata-kata itu pelan saja. Namun maksudnya jelas: ia tak sependapat dengan Mrs. Balle.

"Well, di Amerika ini, Kang, banyak orang-orang Yahudi, beberapa dari mereka mempunyai kekuasaan untuk mendesak pemerintah agar menuruti apa yang mereka mau," kata Mrs. Balle.

"Hmm, Yahudi lagi," pikir Kang Santri. Ia jadi ingat Jacobo Timmerman, seorang jurnalis keturunan Yahudi yang pasca kejadian holocaust itu berbicara kepada publik tentang ketidak-adilan yang dialami kaumnya. Ia berbicara, dengan banyak pro dan kontra yang mewarnai tiap langkah karirnya. Apalagi koran yang dipimpinnya, La Opinion, berhaluan kiri. Ia kemudian ditahan oleh militer, disiksa dengan bertubi pukulan dan setruman listrik.

Tapi kemudian ia bebas, dan memperoleh penghargaan pada tahun 1980 atas keberaniannya dalam mengemukakan pendapat. Kang Santri tak tahu apa yang akan Timmerman pikirkan sekarang, jika ia melihat masalah yang lebih kompleks dari sebelumnya.

Awalnya, mungkin banyak orang bertanya-tanya kenapa aksi-aksi terorisme dan sebagainya itu harus terjadi? Kenapa tiap orang tidak berusaha untuk menghargai daerah teritorial atau kebudayaan bangsa lain? Sebenarnya, ketegangan yang terjadi antara Palestina dan Israel, atau Amerika dan "Terorisme" ini sudah berlangsung sejak lama. Namun pemicu konflik itu baru terjadi beberapa tahun ini, yang mengakibatkan kedua belah pihak saling balas menyerang. Seperti kasus di Ambon, yang dalam versi fiksi Ratih Kumala dalam novelnya yang berjudul “Genesis”, kaum Acang baru menyerang Obet ketika mereka menemukan puluhan tempe berbungkus lembaran Qur’an.

Sebelum Kang Santri bertemu Mrs. Balle di sekolah, ia bertemu Nick. Nick adalah cucu dari keluarga angkat tempat Kang Santri tinggal sekarang ini. Pertama kali bertemu Nick, Kang Santri langsung disudutkan dengan pertanyaan-pertanyaan "kenapa kalau dijilat anjing itu harus dibilas tujuh kali?" atau "kenapa ada bom bunuh diri?". Mulanya Kang Santri gugup, dan sedikit senewen dengan pertanyaan-pertanyaan itu. Tapi, ketika Kang Santri berusaha menjawab pertanyaan itu satu persatu dengan bahasa yang sopan, Nick mulai mengerti dan memaklumi. Belakangan mereka berdua janji main lempar-tangkap football.

Dan begitulah, dalam lingkar sosial yang kecil, pemahaman akan sesuatu yang lain, agama misalnya, dapat diberikan tergantung bagaimana kita menyampaikannya. Agama itu sesuatu yang baik, dan kekerasan adalah sesuatu yang buruk. Sebenarnya pula, kalau boleh dikata, tak ada Muslim yang lebih baik dari seorang Kristen, juga tak ada seorang Kristen yang lebih baik dari seorang Muslim. Orang-orang yang lebih baik adalah orang-orang yang melakukan hal-hal baik untuk diri mereka sendiri dan orang lain.

Pernah lihat film "Robin Hood: Prince of Thieves"? Suatu kali, seorang gadis kecil menghampiri Azeem, teman Robin Hood yang berasal dari Afrika.

"Apa Tuhan mengecat tubuhmu?" kata gadis kecil itu.

"Ya, teman kecilku."

"Mengapa Dia melakukannya?"

"Karena Tuhan menyukai perbedaan."

Si Gadis kecil itu pun berlalu.

//Ohio, 2007

ibu

Tuhan,
aku tak hapal doadoa
Tapi tolong berikan
setangkup saja rahmatMu untuknya
Semoga airmata dari sepucuk rindu
menghanyutkan sajak ini padaMu
Amin....

//Ohio, September 2007

guguran rindu

aku ingin mencatat tiap waktu berlalu
bersama angin, nafas malam ini
sementara daunan di gugur musim
berbisik tentang luka, perih
yang menakik merah katakata

apalagi yang tersisa,
hanya serindu namun sajaksajak
minta ditulis segera. padahal tahu
di luar sana seribu tanya ingin lekas terbalas
laksaan tekateki menuntut arti
menertawakan kangenmu juga dzikirdzikir sunyi

esok, kini
kering air mata
bisu merakit makna
beri aku bahasa untuk berkata!

Nov, 07

sebelum lelap

seperti gumam yang lirih
kau bisikkan cinta itu
di malam yang makin hilang batas
dan kau tahu
bukanlah aku yang memulai percik api
hanya senandung, lagu
pengantarku ke indah mimpi

pada jendela kamarku

Selara,
Sisa musim lalu
dihempas angin desember
Aku yang ingin tahu
kemana rindu mau bertengger

Pada malam,
Salju yang merintik
mengeluncak di sepertigamu
Adakah kesia-siaan
mengisahkanmu berbagai duka
akan waktu, masa
Cawan yang lalu kau alirkan cerita-cerita

Di jendela kamarku, agaknya
Seperti mengais guratan tanya
Dan kantuk yang tak datang juga
: Aku ingin tidur tapi tak bisa….

Desember, 2007