CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Kamis, 28 Agustus 2008

sajak buat temanku yang tak jadi baca sajak

(i)

kita mestinya baca sajak malam itu
bersama-sama
dengan gelegar yang kuharap meruntuhkan nyali
dengan semangat bervoltase tinggi

tapi kau pergi

pergi, karena penonton bubar duluan
pergi sebab kaupikir sudah larut malam
(padahal malam takkan berakhir sebelum kokok jago bersahutan dan penonton bukan cuma manusia yang bertepuk dan ber-huuuu ria. tentu kau tahu alam lebih jujur, jangkerik dan gemerisik dedaun, mungkin angin malam, akan diam.
mengikutimu dari batas-batas suara)

kesal aku sekesalnya padamu
bak api yang telah kau siapkan kayu bakarnya
lalu kau padamkan sebelum jadi bara
atau barangkali kau ragu akan makna
pada keindahan kata yang kau terjebak di dalamnya
itu sebabnya tak pernah kau tunjukkan karya-karya
padaku


(ii)

kita mestinya baca sajak malam itu
kau tahu,
di setiap debar-debar tunggu kita hanyalah pemenang
yang akan dipanggil namanya ke pentas
sementara orang-orang maju tanpa peduli
kau dan aku, kita menanti

maka kuperkosa kertas dengan amuk ini puisi!


//krapyak, agustus 2008

titik

: buat jarot waskito

mengapa kau benci kalimat yang tak usai?
sedangkan luap rindu mungkin saja
menghabiskan kata-kata

atau mungkin kau ingin mempertegas segala, dari amsal
kapal-kapal kertas yang terombang-ambing
arus sungai
kau ingin menancapkan tombak
di tengah lapang tanah
lalu bilang sekerasnya, “hei angin!
hei setan!
hei tuhan!”

ah, mestinya kau lebih sering sembahyang
biar tambah seru perdebatan kita

tapi kau lupa, rot
selalu ada makna dari sebab dan peristiwa
tangis bukanlah senang dan sedih saja
pun orang-orang menuliskan pujian pada obituari
kita, melantangkan suara tentang apa yang tak dimengerti

aku mencintai sajak-sajak hanya sekedarnya
dan ini rahasia, rot
: tak ada yang lebih tahu ketimbang pemegang pena


// krapyak, agustus 2008