: e. m.
Frankfurt, dua puluh jam yang lalu
telah kaulukiskan sosok ayah
yang kutahu, darinya kaucoba melepas belenggu.
Namun aku hanya ingin menyelam di matamu,
di perasaan, di balik senyum dan tawa itu.
Dan jumpa kita yang paling jingga
adalah seribu tahun
yang dihitung dengan sunyi abad-abad.
Maka mulai kususun bangunan duka
di antara cerita kita.
Kau bilang kau akan baca puisi-puisiku
Mengapa tak jadi juga?
Esok tak akan menjanji kita buat bersama
Namun sesingkat apa pun, biru samudera
akan menasbihkan debur ombak jadi kenangan.
Sesingkat apa pun, interval musim hujan
akan mendendam rindu yang angkuh
di batas keterasingan.
//krapyak, nopember 2008
Minggu, 23 November 2008
di batas keterasingan
Diposting oleh Aufanuuha Ihsani di 08.05
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
terasing itu seperti dalam warung burjo, minum kopi, dan merokok. tubuh di depan cangkir hati di tabur asap dan rangkaian cita serta cakap bicara. terasing itu terbang jauh dari tubuh. terasing itu mengasyikan lho!
manacerpenmu? tak tunggu di zakizarung@yahoo.com
aufa,, apa kabar ?
aku lihat comment kamu di blog nya titis,, kamu tanya bukunya GM..
bagus lhooo.. udah baca kan ?
Posting Komentar